Minggu, 28 Juli 2013

Cerita Pendek Si Penjual Bunga: Bekerja Sebuah Kehormatan Hidup

Tidak jarang kita menghargai pekerjaan sebatas pada uang atau upah yang diterima. Kerja akan bernilai lebih jika itu menjadi kebanggaan bagi kita. Sekecil apapun peran dalam sebuah pekerjaan, jika kita kerjakan dengan sungguh-sungguh akan memberi nilai kepada manusia itu sendiri. Dengan begitu, setiap tetes keringat yang mengucur akan menjadi sebuah kehormatan yang pantas kita perjuangkan.

Mari kita simak cerita pendek / cerpen berikut ini : Bekerja Sebuah Kehormatan Hidup

Seorang eksekutif muda sedang beristirahat siang di sebuah kafe terbuka. Sambil sibuk mengetik di laptopnya, saat itu seorang gadis kecil yang membawa beberapa tangkai bunga menghampirinya.

”Om beli bunga Om.”
”Tidak Dik, saya tidak butuh,” ujar eksekutif muda itu tetap sibuk dengan laptopnya.
”Satu saja Om, kan bunganya bisa untuk kekasih atau istri Om,” rayu si gadis kecil.

Setengah kesal dengan nada tinggi karena merasa terganggu keasikannya si pemuda berkata, ”Adik kecil tidak melihat Om sedang sibuk? Kapan-kapan ya kalo Om butuh Om akan beli bunga dari kamu.”

Mendengar ucapan si pemuda, gadis kecil itu pun kemudian beralih ke orang-orang yang lalu lalang di sekitar kafe itu. Setelah menyelesaikan istirahat siangnya,si pemuda segera beranjak dari kafe itu. Saat berjalan keluar ia berjumpa lagi dengan si gadis kecil penjual bunga yang kembali mendekatinya. ”Sudah selesai kerja Om, sekarang beli bunga ini dong Om, murah kok satu tangkai saja.”

Bercampur antara jengkel dan kasihan sipemuda mengeluarkan sejumlah uang dari sakunya. “Ini uang 2000 rupiah buat kamu. Om tidak mau bunganya, anggap saja ini sedekah untuk kamu,” ujar si pemuda sambil mengangsurkan uangnya kepada si gadis kecil.

Uang itu diambilnya, tetapi bukan untuk disimpan, melainkan ia berikan kepada pengemis tua yang kebetulan lewat di sekitar sana. Pemuda itu keheranan dan sedikit tersinggung.

”Kenapa uang tadi tidak kamu ambil, malah kamu berikan kepada pengemis?”
Dengan keluguannya si gadis kecil menjawab,
”Maaf Om, saya sudah berjanji dengan ibu saya bahwa saya harus menjual bunga-bunga ini dan bukan mendapatkan uang dari meminta-minta. Ibu saya selalu berpesan walaupun tidak punya uang kita tidak bolah menjadi pengemis.”

Pemuda itu tertegun, betapa ia mendapatkan pelajaran yang sangat berharga dari seorang anak kecil bahwa kerja adalah sebuah kehormatan, meski hasil tidak seberapa tetapi keringat yang menetes dari hasil kerja keras adalah sebuah kebanggaan. Si pemuda itu pun akhirnya mengeluarkan dompetnya dan membeli semua bunga-bunga itu, bukan karena kasihan, tapi karena semangat kerja dan keyakinan si anak kecil yang memberinya pelajaran berharga hari itu.

Rabu, 24 Juli 2013

Konsep dan Kompetensi Menulis



Menulis dinilai mampu mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan dalam berbagai ragam tulisan melalui menyusun karangan, menulis surat pribadi, meringkas buku bacaan, membuat poster, dan menulis catatan dalam buku harian serta menulis prosa sederhana dan puisi. (Depdiknas, 2003: 17).

1.  Konsep Dasar Menulis
“Menulis dapat diartikan melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat)” (Depdikbud, 1991: 1079). Hal ini sejalan dengan Tarigan dalam Suriamiharja (1996 : 1) bahwa:  ‘menulis adalah menuturkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik tersebut’. Berdasarkan pendapat mengenai  menulis, maka menulis  dapat diartikan sebagai kegiatan mengungkapkan pikiran atau perasaan ke dalam bentuk lambang-lambang grafik yang telah disepakati dan dipahami.

2.  Kompetensi Dasar Menulis
Menulis merupakan kopetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Sasaran menulis menurut Kurikulum 2004 (Depdiknas, 2003 : 17) antara lain menulis karangan, menulis kartu pos, menulis surat, menulis laporan, meringkas isi buku, menulis buku harian, membuat foster, menulis prosa sederhana, dan menulis puisi.
Berdasarkan kompetensi dasar menulis tersebut, maka salah satu kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa yaitu menulis.
3.  Menulis sebagai Proses Kegiatan
Menulis merupakan serangkaian kegiatan yang harus dilaksanakan berdasarkan tahapan-tahapan kegiatan. Hal ini sesuai dengan pendapat Suparno (2002: 1.13) yang mengatakan bahwa: “menulis merupakan serangkaian aktivitas yang terjadi dan melibatkan beberapa fase, yaitu fase prapenulisan, penulisan dan pascapenulisan”. Kegiatan pada fase pramenulis diantaranya menentukan topik, mempertimbangkan maksud penulisan, memperhatikan pembaca, mengumpulkan informasi pendukung dan mengorganisasikan ide. Kegiatan yang dilakukan pada fase penulisan adalah mengembangkan ide yang terdapat pada kerangka surat ke dalam format surat  disertai informasi pendukung yang telah dipilih. Sedangkan kegiatan pada fase pascapenulisan adalah penghalusan dan penyempurnaan tulisan.
Dengan demikian menulis dapat dilakukan berdasarkan proses kegiatan menulis melalui tiga fase, yaitu pramenulis, menulis, dan pascamenulis.

Senin, 27 Mei 2013

Bersepeda Menempuh 106 KM Demi Mencari Ilmu

Andre Renaldy adalah salah satu santri Pesantren Persatuan Islam 67 Benda Kota Tasikmalaya. Ia bersepeda dari Majalaya Bandung menuju Tasikmalaya yang berjarak 106 km pukul 10.00 WIB pada hari Ahad (06/01). “saya ingin merasakan perjuangan menuntut ilmu seperti para ulama terdahulu, yang begitu luar biasa” ujarnya.

Ketika di perjalanan ia harus melalui tanjakan, turunan, jalan mulus, hingga jalan berlubang. Semua itu ia ibaratkan seperti kehidupan sehari-hari, tanjakan berarti masalah dan turunan adalah jalan keluarnya.

“disetiap kesulitan pasti terdapat kemudahan, itulah yang saya ingat selalu di perjalanan” ucapnya. Pukul 18.00 WIB ia sampai di Rajapolah Tasikmalaya, dan beristirahat sejenak di rumah temannya Inggrid Kittah.

Setelah istirahat dirasa cukup, ia pun melanjutkan perjalanannya pada pukul 20.00 WIB. Rasa letih, lesu, serta capek terbayar sudah dengan sampainya Andre di Pesantren tercinta pada pukul 21.00 WIB. “saya bahagia sekali bisa merasakan perjuangan para ulama dulu yang begitu beratnya dalam mencari ilmu” kata andre.

Milzamulhaq Mardiya
XII IPA A Mu’allimien
Pesantren Persatuan Islam 67 Benda
Kota Tasikmalaya


SAHABAT MU KAN SELALU ADA UNTUK MU

Masih suasana tahun baru 2013, tepatnya hari Jum’at (04/01). Kala itu seusai ibadah Jum’at di Masjid Uswatun Hasanah, hand phone ku bergetar tanda ada sms masuk “zam mau ikut gak nengok Haifa” ternyata itu dari Firman sahabat karibku dari kecil sampe sekarang. “dimana ?” balasku. “di RSUD, dia habis di operasi” lanjut Firman. “ok ana ikut” tanggapku.”dateng aza kesini y, ke rumah Vanny” jawab Firman. “ok siip” tandas ku.

Setelah siap-siap sejenak Akupun langsung bergegas menuju rumah Vanny. Dia juga adalah sahabatku, dan merupakan wanita yang sering digosipkan oleh teman-teman dekat denganku.

Diperjalanan menuju rumah Vanny, aku bertemu dengan tiga orang yang tak asing. Benar, mereka adalah sahabatku juga, Nita, Erni dan Shofi. Ternyata merekapun sama, akan pergi ke rumah Vanny.

Serasa ada yang tertinggal, yaa aku ingat. Bibi kecilku lupa tak ku ajak. Mila ia adalah bibiku, walaupun usianya dibawahku, panggilan itu ku lakukan untuk menghormatinya, karena dia adalah anak dari adik kakekku. Pintu rumahnyapun aku ketuk, kakeklah yang membuka pintu. “bi Milanya ada” Tanya ku. “Miiilll, nie izam” teriak kakek. “ia apa, tunggu bentar” jawab Mila. “ada apa zam” Tanya Mila. “mau ikut gak ke RSUD, Haifa baru beres di operasi ?” ku balik nanya. “waah, yang benar zam, bibi ikut” jawab bi Mila dengan kagetnya. “zam tunggu di rumah Vanny”.

Akupun bergegas menuju rumah Vanny, dan ternyata disanapun ada sahabatku yang lain. Leli namanya, dia adalah rivalku ketika di Madrasah Ibtidaiyyah dalam hal prestasi belajar di kelas.

Seorang wanita yang tak ku kenal hadir disana, dia adalah teman SMP Vanny dan Leli, saying ku tak tahu namanya. Hhee

Semuapun berkumpul dan bersiap menuju tujuan utama yaitu RSUD, Haifa kami datang sahabat terbaikmu (Milzam, Firman, Vanny, Leli, Mila, Shofi, Nita, Erni dan satu nama yang tak ku kenal)

Sesampainya di RSUD, kamipun langsung bergegas menuju ruangan dimana Haifa berada. Ternyata eh ternyata, kami bertemu dengan dua orang cewek. Mereka adalah teman ku Jayin, dan satu lagi cewek yang tak ku kenal. Jayin ternyata sudah dari pagi disana, dan cewek yang bersamanya bergegas untuk pulang, karena sudah dari pagi pula.

Berkumpul bersama ternyata menyenangkan rasanya, sudah lama sekali kita tak saling jumpa. Banyak cerita yang menjadi topik pembicaraan, hingga 2 perawatpun berulang mendatangi kami untuk memberi peringatan.

Leli, Vanny, Jayin, serta satu cewek yang ku tak tahu namanya mengobral-ngobrol ria bersama seorang Ibu yang merupakan Guru mereka ketika di SMP. Wajar saja bila dua perawat tadi memberi peringatan kepada kami.

Sungguh berat rasanya meninggalkan ruangan dimana sahabat kami terbaring lemas, namun kami harus kembali pulang. Do’a telah dipanjatkan kami, semoga Haifa Khairunnisa kembali ceria serta sehat seperti sedia kala,. Aamiin,.

Itulah hari dimana kami dapat berkumpul bersama lagi setelah beberapa tahun berpisah. Sejak RA & MI kami bersama melalui suka duka bersama. Mulai berpisah sejak masuk SMP, dan di hari itulah kami bisa berkumpul kembali.






 

Copyright 2012 Santri Gaul Design By Bamz | Modified By Kodokoala | Publish on Bamz Templates